SUGENG RAWUH asalcoret

Friday 21 October 2011

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

                                                     PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
                                                      POTENSI DASAR MANUSIA
                                                                   ( FANTASI )

Disusun oleh: 
Rohmad suyudi
Didik calistio handoko 
Zeni latifah
Novita ratna f
Erna wahyu





                               UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
                                                                   2011


                                                      KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah “Potensi Dasar Manusia (Fantasi)” tepat pada waktunya.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Tak Ada Gading yang Tak Retak, demikian juga dengan makalah kami.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran ang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin.



                                                              PENDAHULUAN

Pada hakikatnya manusia memiliki karakteristik dan kepribadian masing-masing. Kepribadian sering diartikan sebagai keseluruhan sifat-sifat seseorang yang memberikan corak yang khas pada individu dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.
Secara kodrati, manusia memilki potensi dasar yang ssecara esensial membedakan manusia dengan hewan. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimilkinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berpikir , watak dan perilakunya, dan hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh teerhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan orang lain. Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi lain, seperti olahraga dan keterampilan, sebagian lagi mampu dalam bidang kognitif atau yang bekaitan dengan ilmu pengetahuan.
Potensi dasar manusia meliputi:
1. Perhatian
2. Pengamatan
3. Tanggapan
4. Fantasi
5. Ingatan
6. Pikiran
7. Perasaan
8. Kemauan
Dalam pembahasan ini, kami akan mengulas tentang potensi dasar manusia ke-empat, yaitu Fantasi.

                                                                    PEMBAHASAN

A. DEFINISI FANTASI
Ada beberapa pendapat mengenai definisi “fantasi”:
 Fantasi adalah serangkaian khayalan atau lamunan tentang suatu peristiwa, konflik, gambaran sebuah harapan, atau persiapan antisipasi masa depan yang semuanya itu dilakukan secara tidak sadar.
 Fantasi atau lamunan adalah cara melarikan diri dari masalah nyata.
 Fantasi merupakan cara pengamatan tentang penggambaran lingkungan yang digabung dengan penggambaran-penggambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali yang sebenarnya tidak nyata/tidak realistis.
 Fantasi adalah kemampuan manusia untuk menciptakan hal baru dengan menggunakan tanggapan yang ada.
 Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau fikiran saja.Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa FANTASI adalah suatu imajinasi yang hanya ada dalam pikiran dan bersifat semu yang merupakan tanggapan dari pengamatan yang telah dilakukan.

B. KLASIFIKASI FANTASI
a) Menurut terjadinya fantasi dibedakan menjadi:
1) Fantasi yang tidak disadari yaitu fantasi yang terjadi tanpa kita ketahui bahwa kita berfantasi.
2) Fantasi yang disadari yaitu fantasi yang terjadi kita ketahui bahwa kita berfantasi.
 Fantasi disadari yang pasif, yaitu fantasi disadari yang tidak dipimpin oleh akal maupun kamauan kita. Contoh : melamun.
 Fantasi disadari yang aktif, yaitu fantasi disadari yang dipimpin oleh kemauan dan akal kita.
b) Menurut jenisnya:
1) Fantasi mencipta, yaitu yang dapat menghasilkan sesuatu yang sungguh-sungguh baru.
2) Fantasi terpimpin, yaitu fantasi yang timbul karena sesuatu perangsang dari luar dan fantasi ini hanya menikmatinya.
3) Fantasi melaksanakan, yaitu fantasi yang berada diantara fantasi mencipta dan fantasi terpimpin.
c) Apabila dilihat dari segi cara orang berfantasi:
1) Fantasi abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkannya menghilang.
2) Fantasi determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk obyek yang dikhayalkan dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya.
3) Fantasi kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga terwujud fantasi yang berbentuk baru.

C. KEGUNAAN FANTASI
Kegunaan fantasi bagi hidup kita, antara lain :
a) Dengan fantasi, seorang bisa menciptakan sesuatu yang baru atau karya yang besar.
b) Dengan fantasi, seseorang bisa ikut bersimpati dengan sesama manusia meski tempatnya berjauhan.
c) Dengan fantasi, seseorang bisa mengambil intisari dan mengikuti perjalanan sejarah, sekaligus bisa membentuk watak seseorang.
d) Dengan fantasi, seseorang dapat merencanakan kehidupan di hari nanti.
e) Dengan fantasi, seseorang bisa merintang, rintang duka di hidup kini dan pergi ke dunia yang indah.


D. NILAI FANTASI DALAM PENDIDIKAN
1) Dengan fantasi dapat digunakan dalam pelajaran sejarah,ilmu bumi, ilmu alam, dan sebagainya.
2) Dengan memahami fantasi kita tidak akan lekas memberikan hukuman kepada anak didik.
3) Dapat membentuk atau mempengaruhi watak anak didik (fantasi terpimpin)
4) Dengan alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas dan leluasa.


                                                                  PENUTUP


• KESIMPULAN

Jadi, sebagai salah satu potensi dasar manusia, fantasi berperan penting dalam proses pendidikan. Daya fantasi seorang pendidik dan terdidik akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, efisien dan kreatif. Dengan kondisi tersebut, maka tujuan proses pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan.









                                                            DAFTAR PUSTAKA

Poerwanti Endang, & Widodo Nur, 2000, Perkembangan Peserta Didik, UMM Press, Malang
Sunarto, & Hartono A., Perkembangan Peserta Didik, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, DEPDIKBUD, Jakarta

Sunday 14 August 2011

TEORI BOLA PANTUL, TEORI RELATIVITAS CINTA DAN HUKUM KEKEKELAN CINTA

-->
TEORI BOLA PANTUL, TEORI RELATIVITAS CINTA DAN 

HUKUM KEKEKELAN CINTA

EKSPERIMEN3

99:01:9 Aku menghadap Tuhan
                Meminta Venus dan Mars di dekatkan
                Untuk mengimbangi panas Matahari

99:02:13,16,26,28
                Lebih baik berbuat kebaikan dan tak mendapatkan ucapan
            Terimakasih daripada berbuat salah tapi tak mendapat hukuman
            Nilai kesenangan karena melihat orang lain senng lebih berharga
            Daripada uang

99:03:4,8,9,13 awas, 14,18,24 awas-awas!,27

99”04,7,9,11,14,17,awas,awas,awas,23,25 awas X tenang, 28,30

99:05: May berarti semoga, mungkin dan boleh
            Hatiku mulai tersudut diujung lorong keraguan
            Konflik batin terus bergelora bagai magma
            3, 11, 15, 20, 21, 28, 29: hancur siaga 1

99:05:  Mendung kian kelabu
            Aku masih ragu apa benar matahari berputar
            Aku menyangsikan kebenaran itu dusta
            Tapi aku tak meragukan kebenaran janji Tuhan
            2,3,4 Bola salju bercampur dengan tanah longsor, 13 nyaris
            Hancur lebur, 14, 17, 19, meledak, 20, 21 Merapi dihatiku
            Meletus magma pijar mengali pohon-pohon hangus
            Tapi esok tanahkan subur
22, 24, aku diAmbonkan, 25 beli cindera mata dapat cindera mata,
26 konstituante bubar: dekrit

99:07:22 kosong, 30?

99:08:4,7 rekonsiliasi tahap 1,9,13,15,17,21,23,24
            Jajak pendapat dengan poros tengah, 28,29

00:09:9,16,19,22,28.....???????????!!!!!!!!!!!


ONLY DECEPTION4

Oh...!
What a poor men you are
Knowing that the moon has no light
But believing has because of its shine
Don’t you know it’s the sun which has light
Have you sight?
But who would think it the sun’s light
When the moon shines in the still of night

            You can find the moon in the day
            But you can’t find the sun at night
            The day is the sun
            But night isn’t always the moon

The sun is star
But star isn’t the sun

Pengarang
Yogya, 22-6-99


BALADA RUNTUHNYA MENARA EIFEL

Aku sadar pagi menjadi siang
Siang menjadi senja
Senja menjadi gulita
Tapi aku juga tahu
Diakhir malam matahari kan bersinar
............................................................
Disaat siang orang menahan lapar
Aku berdiri di ujung malam yang memudar
Merantaukan hati ke langit
Berbicara dengan Tuhan
Agar mawar berada dalam vasnya

Ombak berkali-kali menghampiri pantai
Karna waktu pantai terjal jadi landai
Ombak terus berciuman dengan bibir pantai
Sungguh pemandangan indah
Tapi memang malang nasib pantai

Datanglah para investor
Seolah-olah mereka ingin memperindah pantai
Dengan menjadikannya sebagai pelabuhan
Sebuah dermaga dengan menara menjulang

Tapi sayang
Magma dalam gunung di pantai itu bergolak
Tubuh gunung guncang meski permukaan tampak tenang
Perlahan daun-daun mengering berguguran
Pohon-pohon ranggas
Ranting-ranting berjatuhan
Rumput-rumput lunglai pucat pasi
Dan tiada pilihan lain selain menyemburkan awan panas
Sebalum perut gunung itu pecah
Lebih baik puncak gunung itu terpangkas
Dan menjadi kaldera yanh lebih panas daripada neraka
Daripada magma terus bergolak
Menggelegar di tengah malam
Saat aku tidur bermimpi telah berada di surga
Akhirnya menara rebah ke tanah
Dermaga pun tenggelam
Dan ombak menghempas keraguan
Hingga hanyut ke dasar samudra
Dalam setiap harapan ada ketakutan
Dan dalan setiap ketakutan ada harapan

Pengarang
Yogya, 22-6-99


CERITA BUAT SOBAT

Sobat......
Aku tidak menyangkal kau sangat berarti
Sebagaimana aku tidak menyangkal aksioma teorema pitagoras

Sobat.....
Aku tak tahu....
Mungkin karena angin yang membawa suara-suara misterius
Atau karena hantu-hantu yang terbungkus pekatnya malam
Terus-menerus menteror mengacak-acak otakku
Sehingga lukisan “Monalisa” dengan senyum misterus
Tampak olehku sebagai lukisan abstrak

Sobat........
Para provokator mengatakan
Bila angin dari gunung bertiup ke lembah
Itu berarti temperatur di puncak gunung lebih panas
Angin hanya memberi isyarat
Tak akan angin mengataka turun ke lembah
Karena ingin tempat yang lebih dingin

Sobat.....
Sebanarnya aku sudah senang
Dapt menikmati percikan cahaya bulan
Tapi mereka meyakinkanku
Aku bisa mendarat di bulan
Tinggal aku berani atau tidak terbang ke sana
Sejak itulah terjadi konflik batin mahahebat


Antara ego, superego, dan ID-ku tak seimbang
ID-ku mengatakan aku bisa saja ke bulan
Tapi egoku mengatakan mungkinkah itu?
Sedangkan superegoku mengatakan sebaiknya aku menahan diri

Sobat........
Mungkinkah aku terbang membelah langit
Dengan sayap yang telah patah sebelah
Sedangkan mereka yang dengan Apollo sebelas saja tak mampu mendarat lama di bulan

Sobat.........
Akhirnya konflik mencapai klimak
Antara ego, superego, dan Id-ku yang saling bunuh
Tapi mereka tak bisa mati
Semakin sering dibunuh semakin kuat dan meraksasa

Sobat........
Aku tak rela sudut hatiku terus jadi ajang perang
Tiada pilihan selain mengakhirinya
Karna hanya dengan itu segala ketidakpastian, keraguan, dan kecemasan
Yang terkontaminasi harapan dan hasrat kan netral

Sobat........
Segelas madu bisa jadi memabukkan
Karna setetes racun
Ramuan itu mengantar ke dunia ambang batas yang tak jelas
Dan tiada obat selain menambahkan racun ke dalamnya
Karna dengan begitu ada kepastian
Meskipun ada luka di dalam duka
Tapi luka dan duka kan sembuh oleh waktu
Karna puncak kesenangan adalah awal duka
Puncak kesedihan adalah awal kebahagiaan

Pengarang
Yogya, 22-6-99


FERIFIKASI
            Dari data pada eksperiman di atasdapat disimpulkan bahwa Bola yang keras bila dibenturkan dengan keras ke lantai yang keras akan menghasilkan pantulan ke atas yang lebih tinggi daripada bila bola itu dilempar melambung ke udara
Artinya bahwa masalah besar akan menjadi kecil bila anda membenturkan masalah yang besar tadi ke masalah lain yang lebih besar.
Teori  ini berlaku dalam kondisi ceteris paribus
Artinya bila keadaan anda adalah seseorang yang selalu tetap keras kepala menghadapi bencana
Teori ini juga bersifat substantif
Artinya hanya berlaku bila persyaratan seperti yang terjadi pada peneliti dapat dicapai

            Amarah dan kekecewaan yang terorganisir bisa menghasilkan karya yang liar biasa
Kesedihan karena suatu peristiwa sebenarnya hanya dirasakan sekali saat mengalami secara riil peristiwa itu
        
A=B+C
A= motivasienergi amarah
B= energi amarah
C= kekecewaan
X= enargi bola pantul
D= harapan

TEORI RELATIVITAS CINTA

X100%=C2
C1= Cinta pada sesuatu
C2= cinta yang sesungguhnya terhadap sesuatu
Cn= cinta pada yang lain

Contoh soal
Diketahui X mencintai harta sebesar 80%
X juga mencintai wanita, tahta, anak, istri, dan tanah air
C1=80%
Cn=5
Maka  
Dengan demikian sebenarnya X hanya mencintai harta sebesar 16%
Jadi bila aku bilang pada Nurani bahwa aku mencintainya 100% maka Nurani wajib tak percaya karena aku juga mencintai orang tua, Allah, cita-cita dan kebenaran
Maka nilai konstanta cinta saya pada Nurani sebenarnya hanya sebesar
Artinya bila aku mencintai Nurani sampai 100%
Maka aku akan ” melupakan” Allah, orang tua, cita-cita,dan kebenaran
Maka sebenarnya tidak ada cinta yang mencapai 100% untuk waktu yang lama
Karna tak ada orang yang hanya mencintai satu hal saja
Prosentase cinta bisa naik turun sesuai dengan gradasi cinta
            Seseorang yang mengatakan cinta pada Allah dan Rosul tapi disaat yang sama ia juga mencintai harta, kedudukan, jabatan, wanita, pekerjaan, kehormatan, dll, maka sebenarnya bila orang itu orang awam maka ia sebenarnya hanya punya waktu amat sedikit untuk mengingat Allah

HUKUM KEKEKALAN CINTA
Cinta tak dapat diciptakan dan tak dapat dimusnahkan
Cinta hanya dapat ditransformasikan atau di konversikan ke bentuk lain



XII. SEPTEMBER BERDARAH
                Pagi 18 septmber 1999 tampak cerah
Matahari terbit dengan perlahan namun mantap
Semantap langkah-langkah manuver pemimpin partai matahari yang kian panas menyangat
Mega-mega itu pilih diam mingikuti aliran angin yang bertiup dari bawah
Matahari sesaat menyoroti Lippogate
Semantara pohon-pohon beringin tetap ingin berdiri kokoh
Sulur-sulurnya menjuntai hingga ke tanah
Seolah-olah ingin menarik simpati rakyat bawah

Aku masih terduduk di ruang baca lantai 1 perpustakaan pusat
 IKIP Yogyakarta yang kini telah bertriwikrama menjadi Universitas
Negeri Yogyakarta
Di sisi utara ruang itu ada empat belas cendela
Begitu pula di sisi timur
Sedang di sisi barat ada delapan cendela
Tapi tak satupun terbuka
Sehingga angin kebebasan enggan bertiup masuk ruangan ini

            Tak seperti di KPU
Di ruangan ini masih banyak kursi yang kosong
Tak ada yang rebutan kursi
Meski mereka sama-sama membayar SPP
Tapi bila kursi sudah penuh
Mereka memilih keluar saja

            Siang hari 18 September 1999
Matahari memanggang perut bumi
Udara terasa panas sekali
Sepanas emosi milisi di Timor Timur yang menanti  kehadiran
Pasukan Penjaga Perdamaian Interfet dua hari lagi
Matahari terbakar di bumi Indonesia
Bumi ini seakan menjadi bara
Tapi tada bara yang mampu membakar Bank Bali kecuali
Baramuli
Tapi Baramuli bisa jadi Baramulia
Bila ia bisa membakar angkara murka

            September.........
Limapuluh satu tahun yang lalu Madiun berdarah
Trauma menghantui rakyat hingga kini
Sekarang Timor Timur tak jauh berbeda
Sebabnya hanya satu, “cinta” yang dipolitisir oleh avonturir cinta
Benarkah politik itu kejam dan jahat?
Apa tidak lebih biadab sistim kapitalis dalam berbisnis yang
Mengeksploitasi dan menghisap keringat kaum buruh demi
Kemakmuran si borjuis?
Tapi katanya politik itu seni
Seni itu katanya indah
Berarti untuk berpolitik orang harus mempunyai naluri rasa tinggi
Sehingga seimbang antara olah rasa dan olah pikir atau rasio

            Asrat dan kemauan adalah tenaga tarbesar di bumi ini
Ia lebih berharga daripada uang atau kekuasaan atau pengaruh
Orang rela mati demi membela kemerdekaan
Karena dia yakin apa yang dia perjuangkan itu benar
Aku untuk berani menghadapi apa saja demi kebenaran dan
Keadilan
Bila aku di Lp cipinang maka aku akan senang
Kaaaaaaarna mereka memberiku kesempatan berduaan dengan
“kekasihku”
Bila aku di-Nusakambangan aku akan bahagia                         
Karna di sana aku bebas bersama “kekasihku”
Bila aku dieksekusi aku akan gembira
Karna itu berarti mempercepat perjumpaanku dengan
“kekasihku”

            Yach ...... Aku masih menunggu apa yang terjadi tanggl 30
September nanti
Akankah ada kudeta cinta?
Allahualam...............

XIII, PERLU PERESTORIKA DALAM BERCINTA
S
enja memerah di sebelah barat
Semerah darah milisi yang dibantai
Semerah nyala api yang menghanguskan Matahari
Semerah bibir nurani yang mengkaramkansukmaku

                Andaikan manusia bisa memahami “Iqro”
Tentu ia bisa membaca alam
Tak perlu revolusi, kudeta, dan subversi
Lihatlah...........
Suksesi dari siang ke malam begitu mulus dan indah
Suksesi dari malam ke pagi begitu tenang dan menyenangkan
Tanpa setetes darah
Karna raja siang rela tenggelam sesaat
Untuk esok terbit kembali
Rembulan pun  memilih menghilang jika siang telah datang
Matahari dan rembulan tak pernah tamak
Bergerak berjalan sesuai konstitusi Tuhan
Tak ada yang menimbun cahaya
Tak ada yang mengkorupsi cahaya
Meski terkadang terjadi gerhana
Tapi itu bukan bencana

            Pohon-pohon rindang masih menghijau di tepi kolam yang
Tak dalam di lembah UGM
Angin kering musim kemarau berhembus lirih
Membawa ketenangan ke dalam hatiku
Di sini di bawah pohon rindang aku merenung menulis karya ini
Meski aku suka berkarya di bawah pohon rindang
Tapi bukan berarti aku Golongan Karya
Kupotret suasana dan kupadukan dengan ide-ideku
Ide yang mengendap di kepala perlahan mengalir bercampur
Dengan tinta lalu tergoreskan diatas kertas

            Aku masih terduduk menyendiri mengamati batang-batang pohon yang tumbuh liar
Di sebelah barat kolam ini tampak banyak orang berpasang-pasangan sedang asyik bercengkrama
Ada yang sambil duduk diatas motornya
Ada yang lebih suka berdiri sambil bersedekap menikmati hembusan angin segar
Ada yang asyik mesra di bawah pohon sambil sesekali melempar entah apa kearah tengah  dalam kolam
Mereka semua taksadar kalau penaku sedang memotretnya
barangkali mereka juga tak tahu jika suatu saat mereka membaca  karya ini sebenarnya orang yang ku diskripsika itu adalah mereka
mereka menyaksikan alam ini
alam ini menjadi saksi atas keasyikan ku menulis prosa liris ini

            aku masih duduk termenung sambil mengguratkan pena
banyak orang menyalahkan pemarintah
tapi aku memahami mengapa hal itu terjadi
pemerintah tak melakukan pengkhianatan cinta
dulu Indonesia seolah-olah menolong Timor Timur dari perang saudara dengan menjadikanya sebagai “selir” ke-27
tapi percekcokan rumah tangga tiada berakhir yang akhirnya di akhiri dendan cerai
aku mengerti........
pro otonomi memperoleh kerugian nyata
pro kemerdekaan memperoleh kemenangan semu
inilah akibat kudeta cinta
andaikan dulu pemerintah Indonesia lebih arif dan bijak dengan membuat perjanjian antara prootonomi dan prokemerdekaan tentang konsekuensi dari jajak pendapat
tentu baik pihak yang kalah maupun yang menang akan menghormati perjanjian itu dan darah tak kan tertumpah ke tanah
bagi prootonomi berjuang mempertahankan keutuhan bangsa indonesia itulah nasionalisme
bagi pro kemerdekaan berjuang membebaskan tanah airnya dari advansi Indonesia itulah nasionalisme
mereka sama-sama benar, hanya berbeda dalam meliha hakekat cinta
            dalam bercinta memang perlu perestorika dan glasnost
perestorika berarti dalam bercinta orang perlu menerapkan pemikiran baru untuk mengadakan pembaharuan dan pembauran cinta
dalam hal ini orang perlu mengadopsi ide-ide baru
glassnost berarti dalam bercinta orang perlu keterbukaan satu sama lain
keterbukaan ini bersifat multimediasional
keterbukaan bisa dalam arti, internal, eksternal, atau interpersonal
realisasi dari prinsip ini aku harus menerima kritikan ataupun pujian, atau hujatan dari Maharatri, Nurani dan Darling
ledakan metamorfosa cinta yang belum sempurna di bumi loro sae sebenarya terjadi karena proses metmorfose menuju cinta pada kemerdekaan yang terganggu
sehingga yang terjadi bukanya kupu-kupu yang indah tapi kupu-kupu yang masih berbentuk ulat yang menakutkan
sayangnya banyak pihak yang “nggege mangsa”
sehingga terjadilah ledakan emosi
dalam bercinta tak cukup dengan memberi otonomi
tak cukup dengan pembangunan fisik
tak cukup dengan otoriterisme militer karena mereka adalah manusia yang punya nurani, jiwa, rasio dan pikiran

JUNTA CINTA DAN RUU PKB
           
            25 SEPTEMBER 1999
Aku didemo oleh Nurani, Maharatri, dan Darling
Mereka menolak RUU PKB ( Penanggulangan Keadaan Bahaya)

            Nurani bilang kalau PKB disyahkan akan terjadi junta cinta aku punya legitimasi untuk berbuat apa saja terhadap mereka atas nama stabilitas cinta

            Maharatri berkomentar bila RUU PKB disyahkan akan menghambat geraknya
Karena aku bebas menerapkan jam malam
Aku bisa saja setiap saat menyatakan keadaan dalam kondisi “darurat cinta”

            Darling bahkan mengancam akan memboikot sidang umum bila RUU PKB disyahkan
Dia malah meminta agar dirinya diberi hak istimewa dan otonomi yang diperluas
Dia juga menginginkan agar dia diberi hak menentukan nasibnya sendiri, membuat aturan untuk dirinya sendiri dan aku harus mengakui keberadaan peraturan itu
Dengan kata lain aku harus tunduk pada peraturannya

            Lebih lanjut Nurani menuntut agar aku segera mengundurka diri jika tak segera melepaskan diri dari “commonwealth” orang tua



referensi:
Tugas tambahan dari Mr.DION


Monday 1 August 2011

Adjectives are often used without nouns.

To refer to some well-known groups of people

The structure the + adjective is used to talk about some well-known groups of people. Examples are: the blind, the deaf, the unemployed, the rich, the poor, the young, the old, the dead etc.

* He is collecting money for the blind. (= He is collecting money for blind people.)
* Blessed are the meek.
* The government should do something for the poor.

Note that these expressions are always plural. The blind means all blind people. Similarly, the dead means all dead people. Adjectives are not normally used in this way without the.

Blessed are the meek. (NOT Blessed are meek.)

These expressions cannot be used with a possessive ‘s.

The problems of the blind should be properly addressed. OR Blind people’s problems should be properly addressed. (NOT The blind’s problems should be properly addressed.)

In a few fixed phrases, the + adjective can have a singular meaning. Examples include: the accused, the former, the latter, the deceased etc.

* The accused was released on bail.

Note that plural meanings are also possible.

Abstract ideas

An adjective can be used after the to refer to some abstract quality or idea.

She doesn’t believe in the supernatural.

The future (= futurity) is unknown to us.

Adjectives of nationality

Some adjectives of nationality ending in -sh or -ch can be used after the without nouns. These adjectives include Irish, Welsh, English, British, Spanish, French etc.

The Irish are proud of their sense of humor.

Note that the expressions the Irish, the English etc., are plural.The singular equivalents are for example an Irishman or an Englishwoman.

Grammar Rules

This is a quick, basic grammar review for nouns, verbs, and the sometimes confusing usage of lay versus lie, and rise versus raise. This reference can be used for term papers, grammar class reviews, or simply for anyone confused or curious about the basics of English grammar.

Nouns

1. Noun identification
2. Count, Mass, and Collective Nouns
3. Plural and Possessive Nouns

Noun Identification

What is a noun? A noun is a person, place, thing, quality, animal, idea or activity.

For example:
Person — Maria
Place — Detroit
Thing — Desk
Quality — Width
Animal — Dog
Idea — Independence
Activity — Navigation

Spot the nouns in a sentence: Maria went into the city to purchase detergent.

Nouns: Person — Maria
Place — City
Thing — Detergent

The functions of nouns

Nouns sometimes function differently in sentences. For example:
Subject: Maria likes ice cream
Object of Preposition: He gave the ice cream to Maria
Subject complement: The best customer is Maria

Grammar vocabulary: Nominal means any word, or group of words, used as a noun. The nominal word used in the original noun example is Maria.

Types of Nouns

The names of specific things, places, and people, like Maria or Detroit, are Proper nouns.

General, colloquial names, like table or house are Common nouns. Common nouns can either be concrete, or abstract.

When an object is concrete i.e. you can see it and touch it, like a phone or a chair, it is a Concrete noun.

When it is a quality or idea, like freedom or justice, it is an Abstract noun.

Count Nouns

Count nouns are anything that can be counted. They are singular or plural. Plurals usually end with “s.”

Singular — Car
Plural — Cars

Singular — Chair
Plural — Chairs

Singular — Dog
Plural — Dogs

Irregular Examples

Singular — Mouse
Plural — Mice

Singular — Child
Plural — Children

Most nouns ending in s, sh, o, or ch need an -es suffix to be plural

Singular — Bus
Plural — Busses

Singular — Dish
Plural — Dishes

Singular — Potato
Plural — Potatoes

Singular — Church
Plural — Churches

Nouns ending in a consonant followed by y become plural by changing the y to i and adding -es

Singular — Mystery
Plural — Mysteries

Mass Nouns are nouns that cannot be counted and they usually do not have a plural form

Examples: Freedom, sand, money

Collective nouns refer to groups of people and/or things. Unlike mass nouns, they can usually be counted, so they usually have plural forms.

Examples:

Singular — Staff
Plural — Staffs

Singular — Herd
Plural — Herds

Plural Nouns

Plural nouns are the nouns that have been changed into their plural states by adding -s or -es. Remember your irregular nouns, such as mice and children! They too are plural nouns.

Possessive Nouns

Nouns can be possessive and express ownership, usually following the use of “of.”

Example: The life of Maria

Most singular possessives are formed by adding an apostrophe and “s.” If the noun is plural, the possessive form becomes “s” and apostrophe.

Singular Common: Dog
Singular Possessive: Dog’s
Plural Common: Dogs
Singular Possessive: Dogs’

Exception: if the plural noun does not end with an “s,” the possessive is formed by adding apostrophe and “s.”

Example:

Singular Common: Woman
Singular Possessive: Woman’s
Plural Common: Women
Plural Possessive: Women’s

Pronouns

A pronoun takes the place of an unknown noun. The unknown noun is called the “antecedent.”

Example: Maria wondered if she was late for work.

Maria is the antecedent of “she.” Instead of saying: Maria wondered if Maria was late for work, “she” appears to take the place of “Maria.”

The Nine forms of Pronouns:

Personal, possessive, indefinite, reflexive, reciprocal, intensive, interrogative, relative, and demonstrative.

The pronoun must always agree with antecedent, so if the antecedent is male, the pronoun must be male, if the antecedent is plural, the pronoun must be plural, etc.

Example:

Correct: When Maria bought the detergent, she used her credit card.
Incorrect: When Maria bought the detergent, they used his credit card.

Pronoun Cases

Nominative Cases: I, you, he, she, it, we, they, who

The nominative, or subjective, case pronoun is the subject of the sentence.

Examples: She went to the store.
Who has the book?
I am he.
This is she.

Objective Cases: Me, you, him, her, it, us, them, whom

These function as direct or indirect objects.

Examples:
We gave HER the bus money.
We gave IT to HER.
I don’t know to WHOM I speak.
The bag is with HER.

Possessive Cases: My, mine, his, her, hers, its, our, ours, their, theirs, your, yours, whose

The possessive case pronoun shows possession

Example:
That is MY bag.
That bag is MINE.
HER bus was late.
The bags are all HERS.

Personal Pronouns can refer to the person/people speaking (First person,) spoken to (second person,) or spoken ABOUT (third person.)

First person subject singular: I
First person subject plural: We
First person object singular: me
First person object plural: us

Second person subject singular: you
Second person subject plural: you
Second person object singular: you
Second person object plural: you

Third person subject singular: he, she, it
Third person subject plural: they
Third person object singular: him, her, it
Third person object plural: them

Example: I wanted to give them to her, but he wouldn’t let me.

I — first person singular
Them — third person plural
Her — third person singular
He — third person singular
Me — first person singular

Possessive Pronouns

Like regular nouns, personal pronouns can also be possessive. Possessive Determiners are possessive forms of personal pronouns. Possessive Determiners must have a following noun.

First person determiner singular: MY (book)
First person determiner plural: OUR (book)
First person pronoun singular: Mine
First person pronoun plural Ours

Second person determiner singular: YOUR (book)
Second person determiner plural YOUR (book)
Second person pronoun singular: Yours
Second person pronoun plural: Yours

Third person determiner singular: IS, HER, ITS (book)
Third person determiner plural: THEIR (book)
Third person pronoun singular: His, hers, its
Third person pronoun plural: Theirs

Example: They have MY bags but they know they’re MINE.

My — Determiner, dependent on “Bags”
Mine– stands in place of “My bags.”

Indefinite Pronouns

These have no specific antecedents. These are usually identified with general words like: all, any, some, or none.

Examples:

Singular: another, both, nobody, everything, nothing, somebody, everyone, no one, something, etc.

Plural: all, many, most, much, some

Examples: Somebody has her bags.
Plural: Everyone knows about Maria’s bags.

Indefinite pronouns are only pronouns if they are used ALONE. If they are used with a noun, they become indefinite adjectives.

Pronoun: Both knew they were Maria’s bags.
Adjective: Both baggers knew they were Maria’s bags.

If the subject performs actions TO or FOR itself, the action in the sentence passes BACK to the subject and becomes a reflexive pronoun.

First person singular: Myself
First person plural: Ourselves
Second person singular: Yourself
Second person plural: Yourselves
Third person singular: Himself/Herself/Itself
Third person plural: Themselves

Example: We asked OURSELVES where her bags were.

“We” is the doer and receiver of the action “ask.”

Intensive Pronouns are used to point back to the noun or pronoun for emphasis.

Example: I myself knew they were Maria’s bags.

The intensive pronoun does not always need to directly follow the noun.

Example: I prefer walking myself.

Reciprocal pronouns express mutual action.

Examples: each other/ each other’s
One another/one another’s

Maria and Heather greeted each other.

Interrogative Pronouns

These are used to ask questions and can be personal or non-personal

Personal subject: Who/Whoever
Personal object: Whom/Whomever
Personal possessive: Whose
Non-personal subject: Which
Non-personal subject: What

Example:
Who has the bags?
Which bagger has them?
Whose bags are these?

Demonstrative Pronouns

These substitute specific nouns, usually when someone is gesturing toward something.

Singular: This/That
Plural: These/Those

Example: These are for her.

Verbs

A verb is an action part of speech. It can also express a state of being, or the relationship between two things. It is most powerful when following a noun. Example: He HIT her. Verbs are the most complicated part of speech because they can sometimes become nouns, depending on their use.

The three kinds of verbs: transitive verbs, intransitive verbs, and linking verbs.

Transitive verbs

These take objects. Transitive verbs carry the action of subject and apply it to the object.

Example: She TOOK the bags.

Intransitive verbs

These do not take an object, but express actions that do not require the agent doing something to something else.

Example: She LEFT.

Linking verbs

These link the agent with the rest of the sentence and explain the link between the subject and the rest of the sentence.

Examples: appear, grow, seem, smell, taste

Example: Maria seems tired from shopping.

The Lay/Lie and Raise/Rise Confusion

These two pairs of verbs are constantly misused. In each, there is a transitive verb (TRV) and an intransitive verb (INV).

Lie — Intransitive, means recline or be situated
Lay — Transitive, means to place or put something

Rise — Intransitive, means to get up.
Raise — Transitive, means to lift something up.

Infinitive — INV: Lie
TRV: Lay
INV: Rise
TRV: Raise
Past Tense — Lie (Lay)
Raise (Raised)

Monday 11 July 2011

Review Film ” SANG PENCERAH “

     Muhammad Darwis adalah seorang anak dari Abu Bakar yang dulunya seorang khotib di masjid besar Kauman yang biasa di panggil darwis oleh keluarga dan teman-teman dekatnya. Pada saat umur 15 tahun, Darwis banyak melihat budaya sesajen berbaur agama Islam yang menurutnya menyesatkan. Kemudian Darwis memutuskan untuk pergi ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama Islam. Sebelum berangkat ke Mekkah, Pakde-nya berpesan agar ia belajar di Mekkah untuk membawa perubahan untuk Kauman. Tidak seperti kyai-kyai sebelumnya yang sudah belajar disana tetapi masih saja mengikuti tradisi yang dilakukan di Kauman.
    Sepulang dari Mekkah, Darwis mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Nama Ahmad Dahlan itu sendiri berasal dari gurunya sewaktu belajar di Mekkah dan Beliau menikah dengan Siti Walidah.
Setelah belajar di Mekkah belajar selama 5 tahun, ia mencoba melihat apakah arah sholat yang berada pada meswjid besar itu benar atau salah. Ia sudah mengukurnya dengan kompas dan menghitung jarak di peta, apakah arah yang selama ini diyakini sebagai arah kiblat menghadap Mekkah apa tidak. Ia juga bertanya pada Kyai-Kyai dari masjid lain. Malahan ada Masjid yang menghadap ke arah timur laut.
    Dengan keyakinan bahwa perkiraan arah kiblat yang sebelumnya mengarah pada Afrika menjadi arah Ka’bah di Mekkah dengan mengubah arah kiblat menghadap barat laut, yaitu 23 derajat dari arah sebelumnya.
    Melalui langgar/ surau-nya, Ahmad Dahlan mengawali pergerakan mengubah arah kiblat yang salah di masjid besar kauman. Akan tetapi, perubahan itu ditentang oleh kyai penghulu cholil kamalidiningrat marah. Ditengah kemarahan emosi yang memuncak, kyai penghulu memerintahkan untuk membongkar surau yang telah didirikan Ahmad Dahlan karena sudah dianggap merusak tradisi yang berlaku ketat di Yogyakarta dan dianggap mengajarkan agama aliran sesat.
Karena merasa sakit hati, Ahmad Dahlan dan Istrinya yaitu Siti Walidah memutuskan untuk pergi dari desa Kauman. Tetapi keputusannya itu tidak disetujui olek kakak Ahmad Dahlan. Ia mengatakan bahwa keluarganya maswih butuh pemikiran-pemikiran pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan. Kakaknya juga berjanji akan mendirikan surau untuk Ahmad Dahlan sebagai sarana belajar mengaji dan tempat ibadah.
   Dengan dana dari kakak dan istrinya, Ahmad Dahlan Akhirnya dapat mendirikan Suraunya dan membuka sekolah yang menyadarkan bahwa Islam tidak hanya mengajarkan tentang tauhid, tetapi juga mampu memperbaiki kesejahteraan melalui pendidikan.
KH. Ahmad Dahlan sukses menyampaikan pesan penting dari inti surat Al-Ma’un yang menjadi gerakannya dalam mengelola sebuah masyarakat yang mengalami kemiskinan, kesengsaraan untuk memperoleh kesejahteraan sekaligus kesehatan.
   Ahmad Dahlan ingin mengjarkan ilmunya, ia mencoba untuk mengajarkan agama Islam di sekolah pemerintah Belanda. Awalnya pengurus sekolah itu tidak yakin akan berhasil, tetapi Ahmad Dahlan membujuknya agar ia diberi kesempatan sekali untuk mengajarkan agama islam. Dan akhirnya beliau diijinkan untuk mencoba.
   Pada saat percobaan itu, ketika Ahmad Dahlan memberi salam, tidak ada satupun murid yang menjawab salam itu. Ketiga kalinya memberi salam, salah satu murid ada yang mengeluarkan kentut. Ahmad Dahlan tidak marah, ia menerangkan tentang kebesaran Allah yang telah memberikan manusia lubang untuk membuang gas-gas yang berada dalam perut. Karena cara mengajar yang asyik, murid-murid tertaruk untuk diajar Ahmad Dahlan, dan Beliau pun resmi mengajar di sekolah itu.
    Namun hal itu tidak disetujui oleh keluarga dan murid-muridnya dulu seperti sudja. Ahmad Dahlan dianggap kafir karena telah mengajar di sekolah pemerintah Belanda. Beliau juga dituduh sebagai kyai kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tetapi tuduhan itu tidak membuat pemuda Kauman itu surut untuk menegakkan agam islam yang telah melenceng dari ajaran sebelumnya.
   Para murid yang berada di sekolah pemerintah Belanda tertarik belajar pada Ahmad Dahlan karena mereka tahu bahwa Ahmad Dahlan akan mendirikan sekolah disuraunya. Bagi Ahmad Dahlan, Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin, memberikan kedamaian bagi siapa saja termasuk non muslim. Selama masih dalam koridor membangun kesejahteraan masyarakat. Baginya, hal pertama yang seharusnya dikedepankan umat Islam adalah akhlaq yang baik, terbuka dan toleran seperti Rasulullah SAW. Secara perlahan, kiprah Dahlan muda yang dianggap kontroversi mampu mengubah tidak hanya pandangan umat Islam kebanyakan, tetapi kaum barat terhadap Agama Islam.
Didampingi isteri tercinta, Siti Walidah, dan 5 murid-murid setianya yakni Sudja, Fahrudin, Hisyam, Syarkawi, dan Abdulgani, Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
   Lagi-lagi hal itu ditentang oleh para kyai penghulu. Organisasi Muhammadiyah dianggap sebagai ajaran agama yang sesat dan kyai penghulu berpikiran bahwa Ahmad Dahlan akan menjadi Resident.
Munculnya organisasi ini juga menimbulkanpertentangan antara masyarakat yang menentang Ahmad Dahlan dan yang berpihak pada Ahmad Dahlan. Seiring berjalannya waktu, akhirnya kyai penghulu memyadari kesalahannya itu. Ia menyetujui pembaharuan yang dilakukan oleh ahmad dahlan.
Itulah cerita yang saya peroleh dari film Sang Pencerah yang dimulai dari lahirnya Ahmad Dahlan, pembaharuan yang dilakukan Ahmad Dahlan serta tantangan-tantangan yang telah dihadapi hingga menjadi seperti sekarang ini.
Berikut gagasan-gagasan yang dilakukan Ahmad Dahlan dalam film sang pencerah :
  1. Bidang Agama
  1. Mengubah arah kiblat yang dulunya mengarah sebelah barat menjadi serong 23 derajat dari posisi semula
  2. Menegakkan kembali kepada Al-Qur’an dan As sunnah
  3. Menghilangkan praktek tradisi yang menimbulkan kesesatan bagi yang menjalaninya
2. Bidang Sosial
  1. Mendirikan Organisasi Muhammadiyah yang bersumber pada Al Qu’an dan Al hadist dan mementingkan kebutuhan masyarkat daripada kebutuhan individu
  2. Sesuai dengan surat Al Ma’un, ia mengajarkan untuk menyatuni fakir miskin

3. Bidang Pendidikan
  1. Mendirikan sekolah yang mengajarkan agama Islam walaupun pada filmya masih berada di suraunya untuk mengajarkan pendidikan kepada anak-anak

Dan Ahmd Dahlan juga menemukan tantangan yang dihadapi dalam mencetuskan gagasan pembaharuan, antara lain:
  1. Para kyai yang menentang adanya perubahan arah kiblat yang dianggap menyalahi aturan karena tidak sesuai dengan masjid besar
  2. Para warga yang masih menganut tradisi yang masih kental seperti memberi sesajen
  3. Orang-orang yang menganngap Ahmad dahlan kafir karena mengajar di sekolah milik pemerintah Belanda
  4. Dirobohkan suraunya karena arak kiblat yang melenceng
  5. Masyarakat menentang berdirinya Organisasi Muhammadiyah karena dianggap aliran sesat
   Sang Pencerah sebagai sebuah film seperti ingin menjawab “tantangan” yang diberikan oleh K. H. Ahmad Dahlan berabad yang lalu. Kini Sang Pencerah dapat dijadikan sebagai alternatif dakwah. Sebab saat ini, remaja khususnya, mulai malas mengaji. Ilmu agama hanya dipandang sebagai pelengkap pelajaran sehingga yang terjadi adalah minimnya internalisasi nilai-nilai keberagamaan dalam kehidupan bermasyarkat. Sang Pencerah seperti membuka tabir kejumudan mengenai metode dakwah yang cendrung kaku dan membosankan menjadi dinamis dan menarik. Dengan demikian, Sang Pencerah dapat dikatakan sebagai manifestasi dari impian-impian Dahlan yang mengidamkan kader Muhammadiyah untuk terus belajar dan selanjutnya kembali pada Muhammadiyah.
Dari sini, dapat dikatakan bahwa K. H. Ahmad Dahlan adalah kyai yang modern dan progresif. Pemikirannya jauh melintasi zaman di mana ia hidup. Konsepnya mengenai pendidikan dan pemberdayaan umat masih sesuai dengan kehidupan saat ini. Dahlan bahkan masih hidup saat ini, bukan tentang jisimnya, tetapi tentang pemikiran-pemikirannya.

Arah Kiblat dan Epistimologi Baru

   Kritik ‘Sang Pencerah’ terhadap pelurusan arah kiblat bagiku cukup menarik. Gambaran yang tersaji cukup mewakili sebuah epistimologi berfikir yang berlaku dalam tradisi Islam modernis seperti Muhammadiyah. Metodenya : (1) merujuk pada teks yang sahih, (2) menggunakan akal dan ilmu pengetahuan, (3) menggunakan hati/intuisi sebagai pijakan spiritualnya.
Metode diatas sejalan dengan konsep Bayani (kebenaran teks), Burhani (kebenaran akal/iptek), Irfani (kebenaran intuitif) yang tercantum dalam Manhaj Tarjih Muhammadiyah dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
   ‘Sang Pencerah’ menggambarkan bahwa Kyai Dahlan melakukan revisi arah kiblat dengan merujuk tuntunan sahih bahwa salat harus kearah kiblat, Kakbah di kota Makkah. Sementara untuk menentukan arah kiblat, Kyai Dahlan menggunakan Kompas dan Peta Dunia sebagai hasil perkembangan jaman. Dan ketika ditanya tentang jaminan kebenaran metodenya, dijawabnya bahwa “Allahlah penentu kebenaran, kita hanya berikhtiar”.
   Metode berfikir ini juga sejalan dengan bagaimana Bukhori dan Muslim mengembangkan epistimologi penelitian Hadist Sahih dengan mengembangkan tradisi kritik. Kritik terhadap teks (matan), kritik terhadap perawi dan konteks (logika), dan juga diakhiri dengan istikharoh, berserah diri kepada Allah setelah ikhtiar maksimalnya sebagai sebuah pencarian kebenaran intuitif.
Melalui ‘Sang Pencerah’ tampaknya Hanung konsisten menggambarkan bahwa pada saat ingin merevisi kiblat, Kyai Dahlan adalah seorang anak muda berumur 21 tahun. Sehingga wajarlah seorang anak muda yang ternyata tidak berhasil meyakinkan majelis ulama itu kemudian digambarkan ‘mbalelo’. Dia dengan tidak mentaati arah kiblat formal yang menurutnya salah, sehingga merubah arah kiblat Langgar (mushola) nya sendiri.
Namun, ternyata tanggapan dari penonton kemudian berkembang, Kyai Dahlan dianggap bukan menjadi Sang Pencerah, namun menjadi Sang Pemberontak yang tidak bijak. Egois karena menjadi orang yang keukeuh pada kebenaran yang diyakininya dan tidak menghormati ulama lain yang berbeda.
   Bukankah normal seorang anak muda berusia 21 melakukan hal-hal yang berkesan konfrontatif membela apa yang diyakini benar ? Karena bagi sebagian penonton, harmoni, walaupun menjebak pada kejumudan berfikir dianggapnya lebih baik.
Padahal seharusnya hakekat harmonisasi adalah sebuah proses saling kritik dalam konteks “Saling ingat mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran” .
Kritik Terhadap Tradisi
Sementara ada tanggapan cukup tajam ketika ‘Sang Pencerah’ mengkritik penggunaan sesaji pada yang menjadi praktek kaum Islam jawa. Padahal yang dilakukan hanyalah mengkritik, bukan memberangus. Mencoba mengajak berfikir ulang, layaknya Descartes yang mengajarkan bahwa “Aku berfikir maka aku ada” , atau berdasarkan ayat pertama Al Qur’an mengajak manusia membaca (Iqro’). Bukankah esensi manusia adalah yang selalu menkritisi dirinya, nenek moyangnya, masyarakatnya ?
Lagi -lagi epistimologi diatas yang seharusnya berlaku bagi manusia yang tercerahkan. Berfikir dengan mencari dasar otentik yang kemudian menghasilkan ketepatan , menggunakan akal untuk mencari kebenaran. Serta mempertanyakannya dengan hati untuk mencapai kebaikan.
Mengkritik bahwa berdo’a dengan sesaji apakah tepat, benar dan baik dimana salahnya ? Inilah sebenarnya pencerahan itu.
Sayangnya, ada yang memiliki pandangan bahwa Sosok Kyai Dahlan di Sang Pencerah tidak layak menjadi Sang Pencerah, karena dalam presepsinya seorang pencerah adalah orang yang tidak menyebabkan konflik didalam masyarkat. Lagi-lagi inilah perbedaan pandangan masyarakat tercerahakan, dimana kultur kompetisi, dialektika dan dialog antar pemikiran yang menjadi konsumsi keseharian mereka . Disinilah yang kemudian harus berhadapan dengan mereka yang atas nama harmoni namun menutup diri sulit tercerahkan.
Hal diatas juga terjadi pada kritik tentang Nyadran, Tahlilan, Yasinan, Selamatan… pesan bahwa Kyai Dahlan mengajak untuk memikirkan kembali (bukan melarang) praktek praktek itu apakah ada dasarnya dalam ajaran agama, atau mempertimbangkan aspek ekonominya dan lain sebagainya tampaknya juga menuai tanggapan negatif dari khalayak pelakunya.
Pendek kata, terbangunnya tradisi kritik adalah salah satu ciri tradisi masyarkat yang tercerahkan .
Isu Liberal dan Pencerahan
   Disisi lain, seperti dalam Perempuan Berkalung Surban, kontroversi akan adanya pesan yang selama ini identik dengan pesan liberal tampaknya juga muncul di khalayak, dimana kita tahu adanya sekelompok umat yang menganggap bahwa gambaran para Kyai penentang Kyai Dahlan itu sama saja menghina para Ulama. Ketika digambarkan seorang Kyai di Perempuan Berkalung Surban menjadi sangat jumud ketika tergambar mengekang putrinya, dalam Sang Pencerah dianggap mereka kembali terulang.
   Bagi yang tidak mengerti sejarah, banyak yang menyayangkan mengapa Hanung tega menggambarkan bagaimana konservatifnya para Kyai penentang Kyai Dahlan. Bahkan bagaimana terjadi seorang Penghulu kok bisa bisanya salah membaca tulisan Residen dan Presiden. Demikian juga banyak yang menanggapi mengapa gambaran orang-orang utusan Kyai Cholil Kamaludiningrat ketika akan meruntuhkkan Langgar (Mushola) begitu bodoh ? Teriakan takbir dimana mana yang dianggap selalu identik dengan pejuang Isam padahal yang mereka lakukan adalah meruntuhkan tempat ibadah dianggap mereka menghina. Hanung dianggap tega menggambarkan sisi buruk umat Islam, begitu telanjang di depan publik.
Doktrin Islam adalah agama sempurna tampaknya tanpa sadar dipelintir menjadi : Orang Islam adalah Orang yang Sempurna.
   Belum lagi ketika Kyai Dahlan dianggap kafir karena menggunakan meja, kursi, biola, peta dan kompas yang merupakan buatan otang kafir. Demikian juga ketika Kyai Dahlan dianggap kafir karena berpakaian seperti belanda, mengajar sekolah Belanda atau bekerjasama dengan Budi Utomo yang identik sebagai organisasi priyayii kejawen.
Atau ketika majalah Al Manar yang identik dengan pembaharuan Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al Afgahani yang memang masih sulit diterima oleh kalangan salaf karena tinggal di Perancis dan dianggap terpengaruh pikiran barat.
   Disinilah sebenarnya esensi pencerahannya. Yaitu upaya redefinisi berbagai hal yang telah dianggap baku di masyarkat, dengan melakukan kritik terhadap tradisi, mengkritik definisi kafir, dan definisi ilmu pengetahuan di dalam Islam yang kemudian identik dengan purifikasi. Sementara di sisi lain dilakukan pula proses dinamisasi dengan mendefinisikan ulang modernisasi dalam pandangan umat Islam dan bangsa (yang kelak menjadi) Indonesia pada waktu itu.
   Dan akhirnya, inspirasi Ali Imron 104 yang mendasari inisiatif mendirikan sebuah organisasi harus dipandang sebagai sebuah terobosan sangat berani dimasa itu. Entah predikat liberal bahkan kafir sepertinya bisa disematkan cara menafsirkan ayat al qur’an sehingga organisasi ‘ala’ Belanda terbangun bernama Muhammadiyah. Bahkan Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al Afghani saja tidak pernah membangun organisasi modern seperti ini.
Akhirnya, ‘Sang Pencerah’ memang bisa menjadi cermin bagi bangsa ini untuk terus maju membangun dirinya. Indonesia dengan generasi muda yang tercerahkan. Bukan Indonesia yang hanya membebek nenek moyang, tenggelam dalam tradisi tanpa dasar, alergi terhadap kritik dan tertutup terhadap kemajuan, mudah mengkafirkan ‘liyan’, apalagi pemarah….